Kamis, 29 November 2012

Kepemimpinan

Sejarah dalam Kepemimpinan
Untuk mendalami kepemimpinan, disini akan dikemukakan beberapa teori kepemimpinan yang telah dikenal sejak lama dan yang agak baru. Kepemimpinan berasal dari kata dasar "pimpin" yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata "pimpin" lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun dan benda "pemimpin" yaitu orang yang berfungsi memimpin atau membimbing atau menuntun. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas hal-hal yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada juga yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok/organisasi dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya memungkinkan ia ada.

Dalam kenyataannya apapun bentuk suatu organisasi, pasti memerlukan seseorang denga atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Menurut Veitzal Riva’i, “kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama”. semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsure yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Kartini Kartono pengertian pemimpin sebagai berikut : “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”
Dengan demikian dalam kepemimpinan terdapat faktor-faktor pemimpin, yang dipimpin, tujuan, aktivitas, komunikasi/interaksi, situasi dan kekuasaan yang dapat ditumbuhkembangkan. Efektivitas kepemimpinan itu tidak semata-mata tertuju kepada bawahan, namun juga secara vertikal dan horizontal.

A.Fungsi Kepemimpinan
Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut:
Dimensi berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah:
1.Fungsi Instruktif
2.Fungsi Konsultatif
3.Fungsi Partisipasi
4.Fungsi Delegasi
5.Fungsi Pengendalian
Apabila pemimpin suatu organisasi melaksanakan tugasnya sesuai dengan beberapa fungsi diatas, maka akan timbul pengakuan bawahan atau kelompok yang dipimpin atas kepemimpinannya. Menurut Sondang P.Siagian tingkat penerimaan bawahan terhadap dan pengakuan bagi kepemimpinan seseorang akan semakin tinggi apabila pemimpin tersebut :
1.Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindak tanduk.
2.Tergolong sebagai pemimpin yang pada dasarnya demokratik tetapi sekaligus mampu melakukan penyesuaian tertentu tergantung pada situasi yang dihadapinya.
3.Menyadari benar makna dan hakikat kebenarannya dalam organisasi yang tercermin pada kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinan yang ahrus diselenggarakannya.
4.Dalam hubungan atasan dan bawahan menseimbangkan struktur tugas yang harus dilakukan oleh para bawahannya dengan perhatian yang wajar pada kepentingan dan kebutuhan para bawahan tersebut.
5.Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan-seperti juga diri sendiri mempunyai jati diri yang khas dengan kelebihan dan kekurangannya serta kekuatan dan kelemahannya.
6.Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal dan kesempatan memimpin dengan terus berusaha memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal.
7.Dengan tetap menggunakan paradigma yang holistik dan integralistik mampu menentukan skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.
8.Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik secara positif maupun secara negatif, terhadap organisasi.
9.Memanfaatkan perkembangan yang terjadi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa berinjak dan orientasi manusia sebagai unsur terpenting dalam organisasi.
10.Menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri seperti tercermin dalam satunya ucapan dan perbuatan.
Menurut Gross dalam Idochi Anwar, ada sembilan fungsi kepemimpinan yaitu (1)menentukan tujuan, (2)menjelaskan, (3)memilih cara yang tepat, (4)memberikan tugas, (5)mengkoordinasikan tugas, (6)memotivasi, (7)menciptakan kesetiaan, (8)mewakili kelompok, (9)merangsang para anggota untuk bekerja. Secara umum, fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan memandu, menuntun, membimbing, membangun memberi motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

B.Tipe Kepemimpinan
Dalam implementasi fungsi kepemimpinan secara integral, dengan beberapa pemilahan maka akan terlihat tipe kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan memiliki beberapa pola dasar, diantaranya:
1.Tipe Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan dengan tipe otoriter berlangsung dalam bentuk “working on his group” karena pemimpin menempatkan dirinya diluar anggota/kelompoknya. Pemimpin merasa dirinya mempunyai hak istimewa dan harus diistimewakan oleh bawahannya. Pemimpin merupakan pihak yang memiliki wewenang sedangkan bawahan merupakan pihak yang hanya memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab.
2.Kepemimpinan Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Dari segi perilaku, kepemimpinan inicenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya, dengan cara apapun juga sehingga pemimpin hanya sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakkukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.
3.Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat, perilaku kepemimpinan cenderung memajukan dan mengembangkan kepentingan bersama/organisasi. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan-keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan disetiap jenjang atau unit masing-masing.

C.Determinan Kepemimpinan
Dalam hal ini, determinan diartikan sebagai hal-hal yang mempengaruhi kepemimpinan. Terdapat tiga determinan yang membuat kepemimpinan menjadi operasional, yaitu:
1.Faktor Kemampuan Individu
Dalam kepemimpinan, faktor pribadi yang berupa berbagai kompetensi seorang pemimpin sangat mempengaruhi proses kepemimpinannya. Dalam hal ini, konsepsi kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian kepada pribadi pemimpin dengan berbagai kualitas/ kemampuan yang dimilikinya.
Beberapa abad yang lalu, seorang dikatakan memiliki kualitas pribadi ketika ia dilahirkan dalam kalangan raja atau bangsawan. Maka muncullah teori “orang besar” yang pada saat sekarang ini sudah tidak relevan lagi.
Seorang pemimpin di era modern didasarkan pada beberapa kelebihan yang tidak dimiliki orang lain dalam kelompoknya, seperti kecerdasan, tingkat pendidikan, bertanggung jawab, aktivitas dan partisipasi sosial serta status ekonomi dan sosial. Hal tersebut nampak jelas pada lembaga/organisasi formal yang telah menerapkan standar atau aturan yang baku tentang syarat-syarat menjadi seorang pemimpin.
2.Faktor Jabatan
Satu hal yang perlu dipahami banwa seorang pemimpin tidak pernah bekerja dalam ruang vakum, tetapi dia selalu ada dalam lingkungan sosial yang dinamis. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki citra tentang perilaku kepemimpinan yang digunakan sehingga sesuai dengan situasi yang menyertainya. Oleh karena itu, dia harus memahami konsep peranan (role consept). Selain itu, seorang pemimpin harus tanggap terhadap situasi eksternal. Dalam hal ini berupa tuntutan perilaku yang berasal dari orang lain. Peristiwa ini disebut dengan “harapan peranan” (role ekspektation).
3.Faktor Situasi dan Kondisi
Situasi khusus selalu membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula. Seorang pemimpin dalam hal ini harus memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap situasi dan kondisi yang menyertai para bawahannya. Bila tidak, maka yang akan muncul bukan komitmen (kepatuhan) tetapi resistensi (perlawanan) dari para bawahan yang pada akhirnya berakibat pada tidak efektifnya suatu kepemimpinan.
Pemahaman terhadap situasi dan kondisi ini sangat penting bagi seorang pemimpin sehingga gaya kepemimpinannya tidak selalu monoton. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memahami dengan baik tipe Kepemimpinan Situasional.

D.Hakikat Pekerjaan Pemimpin dalam Organisasi Pendidikan
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah upaya menggerakkan dan mengarahkan orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Gerakan itu harus efektif dan berlangsung lama dan memperoleh hasil maksimal. Oleh karena itu memerlukan suasana: (1) kecintaan, (2) ikhlas, (3) kesadaran, (4) kegiatan profesional, (5) petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan (6) kesadaran sejarah.
Sesuai dengan pendapat bahwa kepemimpinan itu menyangkut perubahan, banyak pakar condong memaknai arti “pemimpin” sebagai pembawa perubahan (agent of change), yaitu seseorang yang memupuk perubahan. Dengan demikian pemimpin bukanlah mereka yang selalu memegang kepemimpinan formal. Sebaliknya, semua orang secara potensial adalah pemimpin. Selanjutnya, karena konsep kepemimpinan dan pemimpin menggambarkan adanya orang-orang lain yang terlibat, sebenarnya kepemimpinan adalah suatu proses kolektif atau proses kelompok.
Secara singkat konsep kepemimpinan terdiri atas empat asumsi dasar dalam pelaksanaannya:
1.Kepemimpinan berkaitan dengan pemupukan perubahan
2.Kepemimpinan pada intinya berbasiskan nilai-nilai
3.Semua orang secara potensial adalah pemimpin
4.Kepemimpinan adalah suatu proses kolektif atau kelompok.
Beberapa hal yang dicapai sebagai nilai akhir dalam kepemimpinan haruslah untuk meningkatkan persamaan, keadilan sosial dan kualitas kehidupan untuk memperluas akses dan kesempatan, untuk menguatkan respek perbedaaan dan keanekaragaman.

E.Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan (Kepala Sekolah)
Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. kepemimpinan akan tercermin dan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Begitu pula seorang manajer akan lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya bila ditunjang dengan jiwa kepemimpinan yang positif. Pemimpin dalam memanaje atau mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung ketercapaian tujuan sekolah. alam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan penting untuk dapat menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Sebagai pengelola pendidikan, Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja para personil, teutama meningkatkan kompetensi profesional para guru. Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya penggerakkan bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Kepala Sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

F.Perilaku Spesifik Pemimpin Dalam Mengelola Pekerjaan
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah penggerak orang-orang yang bekerja. Oleh karena itu, ia harus memiliki perilaku yang efektif dalam menggerakkan bawahannya. Beberapa perilaku kepemimpinan dalam mengelola pekerjaan antara lain membuat perencanaan, menjelaskan, memberikan informasi, memantau dan memecahkan masalah.
1.Membuat Perencanaan
Perencanaan merupakan perilaku pertama yang harus dilakukan dalam mengelola pekerjaan berdasarkan beberapa prinsip yaitu pekerjaan apa yang akan dilakukan, mengapa harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang akan melakukan dan bila mana dilakukan, dan di mana harus dilakukan. Kategori perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, strategi, struktur formal, alokasi sumber daya dan pengaturan berbagai kegiatan organisasi. Tujuannya agar pengorganisasian unit kerja sejak awal dapat dijalankan dengan efektif.
2.Menjelaskan
Menjelaskan (clarifying) adalah kegiatan mengkomunikasikan rencana kegiatan yang telah ditentukan atau berbagai kebijakan yang telah dibuat dan petunjuk praktis dalam melaksanakan berbagai kebijakan tersebut.
3.Memberi Informasi
Perilaku menginformasikan adalah suatu kegiatan mengkomunikasikan tugas oleh seorang pemimpin kepada bawahan sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan baik atau memerikan informasi kepada para atasan tentang kegiatan-kegiatan, keputusan-keputusan, serta kinerja subunit dalam instansi tersebut.
4.Memantau
Memantau (monitoring) adalah kegiatan pengumpulan informasi mengenai kegiatan atau aktivitas di subbagian (pemantauan internal) serta informasi tentang peristiwa-peristiwa yang relevan dalam organisasi yang lebih besar yang berasal dari lingkungan luar unit organisasi (pemantauan eksternal).
5.Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah menyangkut identifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, menganalisisnya dengan cara yang sistematis, dan bertindak tepat waktu untuk mengimplementasikan berbagai solusi dalam situasi krisis. Tujuan dari perilaku ini adalah untuk stabilitas organisasi dalam menjamin iklim kerja yang kondusif dan hubungan kerja yang baik.
Salah satu kekurangan yang paling menonjol dalam perilaku mengelola pekerjaan adalah lemahnya sistem monitoring terhadap perilaku pegawai yang berakibat pada tidak terjaminannya mutu kerja. Kelemahan ini harus diantisipasi oleh lembaga pendidikan untuk menghasilkan produktivitas kerja yang optimal.
G.Hal-hal yang sulit dicapai dalam Pengembangan Organisasi
Tidaklah mesti keberhasilan suatu kegiatan selalu meneknkan pada kondisi atau persyaratan-persyaratan yang diperlukan dan ketepatan pengelolaan program-programnya. Selain itu, perlulah juga diprhatikan apa saja yang sulit atau tidak mudah dicapai secara sempurna dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut, termasuk dalam hal ini Pengembangan Organisasi. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa Pengembangan Organisasi merupakan salah satu strategi yang paling tepat dan paling efektif dan bahkan ada kecenderungan yang memandangnya sebagai strategi yang dapat memecahkan semua persoalan organisasi dan manajemn, baik yang disebabkan oeh perseorangan, kelompok ataupun organisasional. Tapi patut disadari bahwa sebaik apapun sebuah program atau strategi pasti memilki kelemahan-kelemahan pada titik-titik tertentu. Dan kelemahan-kelemahan tersebut yang terdapat dalam Pengembangan Organisasi, menurut Adam I. Indrawijaya, adalah sebagai berikut:
Pertama, Pengembangan Organisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat mengembangkan kerjasama yang betul-betul harmonis dan sportif. Konflik dalam sebuah oganisasi meupakan suatu kenyataan yang tidak mungkin dapat dihindari dan memang diperlukan dalam mengembangkan oransasi.
Kedua, Pengembangan Organisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat menciptakan suatu organisasi yang betul-betul dan selalu berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal.
Ketiga, Pengembangan Oganisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat mengubah atau memperbaiki suatu organisasi yang kurang efektif da efisien hanya dalam waktu yang singkat.
Keempat, Pengembangan Organisasi bukanlah suatu strategi da teknologi yan bebas nilai, karena selain dipengaruhi sistem nilai mereka yang mempergunakannya, juga yang lebih penting adalah sasarannya sendiri yaitu untuk mengembangkan sistem nilai organisasional yang lebih positif.

H.Kesimpulan
Peran utama seorang pemimpin adalah mempengaruhi atau menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan antusias. Seorang pimpinan sebuah organisasi harus memiliki kemampuan dalam memanaj organisasi yang dipimpinnya, hal ini akan dapat membantu dalam perkembangan organisasi tersebut. Dengan adanya perkembanagn organisasi maka akan diikuti dengan perubahan dalam beberapa hal di tubuh organisasi. Organisasi mengalami berbagai tantangan baik yang berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan. Penyebab perubahan yang berasal dari dalam diri organisasi misalnya, bertambahnya volume kegiatan, adanya peralatan baru, perubahan tujuan, penambahan tujuan, perluasan wilayah kegiatan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan serta perilaku para pegawai. Sedangkan penyebab perubahan yang berasal dari lingkungan misalnya adanya peraturan baru, perubahan kebijakan dari organisasi tingkat yang lebih tinggi serta perubahan gaya hidup masyarakat.
Setiap organisasi pastilah membutuhkan pemimpin, sedangkan kepemimpinan pada dasarnya tidak selamanya harus dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Dengan demikian berarti bahwa organisasi hanya akan mampu mewujudkankan tujuannya, jika setiap orang menduduki jabatan pimpinan dalam organisasi tersebut berusaha melaksanakan tugas dan menjalankankan kepemimpinannya secara efektif sesuai dengan posisinya masing-masing. Tugas seorang pemimpin bukan hanya bekerja sesuai dengan aturan dan ketentuan yang dijadwalkan, lebih dari itu, ia mempunyai kewajiban untuk mempertahankan organisasi agar tetap eksis serta berjalan dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan/jaman

Sumber : 

Perubahan dan Perkembangan Organisasi

Perubahan Organisasi

Perubahan Organisasi yaitu sikap organisasi dalam menghadapi terjadinya perubahan lingkungan intern dan ekstern, yaitu :

a) Mengadakan perubahan struktur organisasi
b) Mengubah sikap dan perilaku pegawai
c) Mengubah tata aliran kerja
d) Mengubah peralatan kerja
e) Mengubah prosedur kerja
f) Mengadakan perubahan dalam hubungan kerja antar personal

Faktor-faktor perubahan organisasi

Faktor penyebab terjadinya perubahan organisasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) Lingkungan Intern, antara lain :
1) Perubahan Kebijakan Pimpinan
2) Perubahan Tujuan
3) Perluasan Wilayah Operasi Tujuan
4) Volume Kegiatan Bertambah Banyak
5) Sikap dan Perilaku dari para anggota organisasi

b) Lingkungan Ekstern, antara lain :
1) Politik
2) Hukum
3) Kebudayaan
4) Teknologi
5) Sumber Daya Alam
6) Demografi
7) Sosiologi

Pengertian Perkembangan Organisasi
Ada beberapa pengertian tentang Perkembangan Organisasi, diantaranya :
a. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi sehingga organisasi itu dapat beradaptasi dengan dengan lingkungannya.
b. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu organisasi.
c. PO merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi.
d. PO merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi
e. PO lebih menekankan pada system sebagai sasaran perubahan.
f. PO meliputi perubahan yang sengaja direncanakan
Dari beberapa pengertian diatas,dapat kita simpulkan bahwa Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan bersama akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Pengembangan organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan :
1. Efisien dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum).
2. Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
3. Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi dari sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu hubungan yang dinamis dan adaptabilitas
Sifat-sifat dasar Pengembangan Organisasi
Sifat-sifat dasar dari Suatu Perkembangan Organisasi adalah Sebagai Berikut :
1. PO merupakan suatu strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, perubahan yang dimaksud harus mempunyai sasaran yang jelas dan didasarkan pada suatu diagnosis yang tepat mengenai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. PO harus berupa kolaborasi antara berbagai pihak yang akan mengalami dampak perubahan yang akan terjadi, keterlibatan dan partisipasi para anggota organisasi harus mendapat perhatian.
3. Program PO menekankan cara-cara baru yang diperlukan guna meningkatkan kinerja seluruh anggota organisasi
4. PO mengandung nilai-nilai humanistic dalam arti bahwa dalam meningkatkan efektifitas organisasi, potensi manusia harus menjadi bagian yang penting
5. PO menggunakan pendekatan kesisteman yang berarti selalu memperhitungkan pentingnya inter relasi, interaksi dan inter dependensi
6. PO menggunakan pendekatan ilmiah untuk mencapai efektivitas organisasi
Nilai-nilai dalam Pengembangan Organisasi
Nilai-nilai yang terkandung dari Perkembangan Organisasi Ini adalah :
1. Penghargaan akan orang lain
2. Percaya dan mendukung orang lain, sedangkan individu sendiri harus mempunyai tanggung jawab.
3. Pengamanan kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang).
4. Konfrontasi (masalah yang tidak disembunyikan).
5. Partisipasi (melibatkan orang-orang yang mempunyai potensi dalam proses pengembangan organisasi).
Akibat Serta Pengaruh Perkembangan Organisasi
Akibat serta Pengaruh didalam PO terjadi pada nilai, proses dan teknologi.
a. Geseran / perubahan nilai yang dibawa PO diantaranya adalah:
Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.
Pengembangan potensi manusia.
Efektivitas dan kesehatan organisasi.
Pekerjaan yang menarik dan menantang.
Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.
b. Perkembangan Organisasi Berpengaruh Kepada proses yang meliputi:
Proses efektif
Proses manajemen
Proses pelaksanaan kerja
Perubahan teknologi, karena yang diutamakan adalah teknologi yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.
Para Pelaku Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (PO) diterapkan kepada tiga jenis manusia: spesialisasi individu di dalam PO sebagai profesi, orang-orang dari lapangan yang terkait, yang telah mencapai sejumlah kompetensi di dalam PO, dan para manajer yang memiliki keahlian PO yang diperlukan untuk perubahan dan mengembangkan organisasi atau departemen mereka.
Peranan profesional PO pun dapat diterapkan terhadap konsultan internal, yang memiliki organisasi yang sedang mengalami perubahan, dan terhadap konsultan eksternal yang menjadi anggota universitas dan perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, serta terhadap anggota tim konsultan internal-eksternal. Peranan PO akan dideskripsikan secara tepat didalam istilah marjinalitas. Orang-orang yang berorientasi pada marjinalitas nampak khususnya beradaptasi untuk peran PO, karena mereka dapat menjaga kenetralan dan objektivitas serta mengembangkan solusi yang integratif yang mengakurkan titik pandang antara departemen-departemen oposisi. Sementara peranan PO di masa lalu telah dideskripsikan sebagai ujung klien dari suatu kontinum mulai dari fungsi clien-centered kepada consultant-centered. Pengembangan intervensi baru dan beraneka ragam telah menggeser peranan profesional PO meliputi keseluruhan rentang dari kontinum tersebut.
Walaupun masih menjadi suatu kemunculan profesi, sebagian besar profesional PO memiliki pelatihan khusus didalam PO, terbentang dari kursus-kursus jangka pendek dan workshop-workshop, serta pendidikan master dan doktor. Tidak ada jalur karir tunggal, namun demikian konsultan internal sering digunakan sebagai batu loncatan untuk menjadi konsultan eksternal.
Sejarah Pengembangan Organisasi
Sejarah Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori organisasi. Teori Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern.

Sumber :
www.wikipedia.org/

Komunikasi Dalam Organisasi

KOMUNIKASI 

Salah satu pendefinisi komunikasi yaitu Goldhaber (1986) mengartikan.
"Organizational communication is the process of creating and exchanging messages within a network ofinterdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata-kata lain komunikasi organisasi adala proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.


UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
komunikasi mengandung 5 unsur, yaitu :
Komuniakator (communicator), yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau orang yang memberitakan.
Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
Komunikan (communicate), yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita.
Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi.
Kelima unsure komunikasi tersebut (Komuniakator, Menyampaikan berita, Berita-berita yang disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi) merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsure tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. Jadi dengan demikian keberhasilan suatu komunikasi ditentukan oleh semua unsure tersebut.



Bagaimana menyalurkan ide melalui komunikasi
a. Ide (Gagasan) ; si sender.
b. Perumusan. disini ide si sender disampaikan dalam kata kata.
c. penyaluran (transmiting). bisa lisan, tertulis, menggunakan simbol atau isyarat.

feedbacknya:
a. tindakan; misalnya perintah dilaksanakan.
b. pengertian; disini kata kata si sender menjadi ide si receiver.
c. penerimaan; oleh si penerima berita.


Hambatan - hambatan komunikasi
1. Hambatan yang bersifat teknis
2. Hambatan semantik
3. Hambatan perilaku

Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunikasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal

2. Dari segi arahnya
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah

3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu LawanSatu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok

4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal

Komunikasi Informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesama karyawan dalam suatu organisasi.
Komunikasi informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus atau kabar angin dari mulut kemulut dari satu orang ke orang yang lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bisa dijamin karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan.
Jadi agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seseorang pemimpin harus bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal perusahaan (komunikasi formal ini jangan sampai mengakibatkan timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan).

Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern didalam organisasi.Semua masalah yang timbul dalam organisasi akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arusinformasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan. Pimpinan organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat . Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi.
KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.Empat Dimensi Komunikasi organisasi
1. Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan
2. Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai

3. Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama

4. Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.

Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.



Rabu, 14 November 2012

Proses Organisasi

·  Kamus Bahasa Indonesia →Proses = Rangkaian suatu tindakan.
·  Menurut Gibso Invancevich Donnelly, Proses adalah berkenaan dengan aktifitas yang memberi  kehidupan pada skema organisasi tersebut.
Proses organisasi merupakan jiwa bagi struktur organisasi. Jika proses tersebut tidak berjalan dan berfungsi dengan baik, maka masalah atau konflik akan terus timbul dalam sebuah organisasi.
Adapun model proses organisasi yang akan kita bahas disini ada lima proses prilaku yang nanti akan menyumbangkan prestasi pada organisasi secara effektif. Lima proses tersebut yaitu komunikasi, mempengaruhi, pengambilan keputusasn, evaluasi prestasi, sosialisasi dan karir.

1. Proses Komunikasi
Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh tehnik komonikasi. Dari sudut pandang ini komuikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
Kelangsungan hidup organisasi berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan meleksanakan komunikasi. Proses organisasi menghubungkan organisasi dengan lingkungannya termasuk bagian-bagiannya. Informasi mengalir ke organisasi dan dari organisasi, termasuk di dalam organisasi itu sendiri.
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengiriman kepada sang penerima informasi. Dengan demikian penerimaan informasi harus memahami isi informasi yang di terimanya, sebaliknya apabila penerimaan informasi tidak memahami informasi yang di berikan oleh pemberi informasi berarti tidak terjadi komunikasi yang effektif yang pada akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik. Disamping itu apabila komunikasi dipandang sebagai suatu proses, ada tiga elemen pokok yang saling berkaitan yang terdapat pada setiap terjadinya suatu komunikasi, yaitu sumber berita, pesan, dan penerimaan berita.

Apabila salah satunya dari ketiga elemen tersebut tidak ada, maka komunikasi tersebut tidak akan terjadi. Untuk itu terdapat delapan unsur pokok di dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Pengiriman atau sumber (sender)
b. Enconding
c. Message
d. Chanel
e. Receiver
f. Recoding
g. Noise
h. Feedback

2. Proses Mempengaruhi

Pengaruh adalah kegiatan atau keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok.
Elemen-elemen proses mempengaruhi
a. Orang yang mempengaruhi (0)
b. Metode mempengaruhi (→)
c. Orang yang dipengaruhi (p) 
Jadi proses mempengaruhi : 0 →p
Metode mempengaruhi
a. Kekuatan fisik
b. Penggunaan sanksi (positif/negatif)
c. Keahlian
d. Kharisma (daya tarik)
Daerah Pengaruh
Daerah pengaruh mencakup hubungan-hubungan.
a. Antara perseorangan
b. Kelompok dengan seseorang
c. Seseorang dengan kelompok
Hubungan antara Kekuasaan dan Pengaruh
a. Analisis French-Raven
Pendekatan ini mendefinisikan kekuasaan berdasarkan pada pengaruh,dan pengaruh berdasarkan pada perubahan psikolog. Pengaruh adalah pengendalian yang dilakukan oleh seseorang dalam organisasi terhadap orang lain, sedang kekuasaan merupakan pengaruh laten. French dan roven mengidentifikasikan lima sumber atau basis kekuasaan yaitu :
· Kekuasaan balas jasa (reward power)
· Kekuasaan paksaan (coercive power)
· Kekuasaan sah (legimate power)
· Kekuasaan ahli (expert power)
· Kekuasaan panutan (referent power)
b Analisis Etzioni
Etzioni sangat mencurahkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain baik suka maupun tidak.
c. Analisis Nisbel
Memandang kekuasaan sebagai antitesa wewenang, dan kekusaan dilain pihak merupakan paksaan atau usaha untuk mendominasi orang lain agar berperilaku dengan cara-cara tertentu tanpa mempengaruhi sistem referensi.
3. Proses Pengambilan Keputusan
Konsep Pengambilan Keputusan
· Identifikasi dan diagnosis masalah
· Pengumpulan dan analisis data yang relevan
· Pengembangan & evaluasi alternantif
· Pemilihan alternatif terbaik
· Implementasi keputusan & evaluasi terhadap hasil -hasil
Tipe –Tipe Keputusan Manajemen
· Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi
· Keputusan-keputusan pribadi & strategi
· Keputusan-keputusan dasar & rutin

Model-model Pengambilan Keputusan
· Relationalitas Keputusan
· Model-model perilaku pengambilan keputusan
Teknik Pengambilan Keputusan
· Teknik - teknik Kreatif: Brainstorming & Synectics
· Teknik - teknik Partisipatif
· Teknik - teknik pengambilan keputusan Modern : Teknik Delphi, Teknik Kelompok Nominal
Pengambilan sebuah keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi kegiatan kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang dan wewenang itu dapat dilimpahkan.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menghimpun data melalui pencatatan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian
b. Melalui analisis data
c. Menetapkan keputusan yang akan ditempuh
d. Mengoprasionalakan keputusan menjadi kegiatan
e. Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksana keputusan akan diperoleh data operasional yang baru.
Sementara itu tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan juga dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Tetapkan masalah
b. Identifikasi kriteria keputusan
c. Alokasikan bobot pada criteria
d. Kembangkan alternaif
e. Evaluasi alternatif
f.  Pilih alternatif terbaik

4.  Proses Evaluasi Prestasi
Prestasi individu menjadi bagian dari prestasi kelompok yang pada gilirannya menjadi bagian dari prestasi organisasi. Tidak ada suatu ukuran atau criteria yang memadai yang dapat mencerminkan prestasi suatu tingkatan.
Proses evaluasi prestasi didalam organisasi menunjukan bahwa prestasi individu, kelompok, dan organisasi adalah suatu hasil atau variabel bergantung dari prilaku organisasi, struktur dan proses. Sistem yang diterapkan untuk mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud seperti penentuan imbalan (upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan akan pelatihan (training), dan lain-lain. Sebenarnya banyak sekali metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevalusi prestasi sehingga merupakan tantangan tersendiri untuk memilih yang terbaik dari yang baik-baik. Dalam melakukan pengevaluasian sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Maksud dan evaluasi kerja
b. Evaluasi kerja dan evaluasi
c. Apa yang akan di evaluasi
d. Siapa yang seharusnya akan di evaluasi
e. Bagaimaa metodenya
f. Masalah potensial
g. Bagaimana mengatasi masalah

5.Proses Sosialisasi dan Karir
Proses sosialisasi adalah suatu proses dimana kita dapat bergaul dalam suatu komunitas tertentu maka disitulah proses sosialisasi akan terjadi. Sedangkan karir adalah suatu deretan posisi yang di duduki oleh seseorang selama perjalanan usianya.
Individu memasuki organisasi untuk bekerja dan merintis karir pribadi mereka masing-masing. Organisasi mempekerjakan individu-individu untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan menurut struktur organisasi itu. Jadi kepentingan individu dan organisasi serta tujuannya harus disesuaikan jika keduanya ingin effektifberjalan. Proses penyadaran individu akan harapan organisasi disebut sosialisasi, pengembangan karir dan sosialisasi adalah dua aktifitas yang saling berkaitan yang memberikan dampak pada prestasi baik prestasi organisasi maupun prestasi individu.


Referensi :

Kamis, 01 November 2012

Konflik Dalam Organisasi

                 Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
                                                             

                 Konflik organisasi secara umum ada dua macam. Pertama konflik eksternal, yakni bekaitan dengan hubungan organisasi dan lingkunganya. Kedua adalah konflik internal, yakni permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam organisasi. Beberapa ahli organisasi berpendapat bahwa konflik internal meliputi konflik yang terjadi di dalam diri individu, konflik antar individu yang dipimpin, konflik antara individu yang dipimpin dan organisasi, konflik antara pemimpin dan yang dipimpin, serta konflik antara pemimpin dengan organisasi (Winardi, 2007). Porsi terbesar yang dapat memicu potensi rapuhnya organisasi adalah konflik yang melibatkan pimpinan di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang lumrah mengingat pemimpin adalah tonggak ujung organisasi. Pemimpin yang mempunyai tanggung jawab menjaga keluwesan organisasi dalam menghadapi konflik. Pandangan ahli organisasi pada zaman dulu menganggap bahwa konflik adalah ancaman yang mengandung resiko. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, manajemen konflik menjadi wacana baru. Salah satu contoh riil berkaitan dengan konflik internal adalah konflik antar golongan yang menimpa umat muslim akhir-akhir ini. Terlepas dari semua perbedaan pendapat dan perdebatan dalam menghadapi masalah itu, seolah-olah justru visi islam yang diturunkan Allah SWT sebagai Rahmatallil’alamin terbiaskan. Sehingga alangkah baiknya jika merujuk kembali ke Al Qur’an surat Asy Syura ayat 38 yang menyebutkan bahwa permasalahan antar manusia diselesaikan dengan permusyawaratan. Meski tidak semua hal dapat diselesaikan dengan cara musyarwarah. Allah SWT juga berfirman untuk mendamaikan semua pihak yang bertikai jika terjadi konflik (Al Hujurat ayat 9). Langkah serupa juga selayaknya diterapkan di semua organisasi agar jalan tengah konflik dapat dicapai. 
Konflik merupakan dampak dari kepentingan, baik kepentingan individu yang dipimpin maupun pemimpin. Disadari atau tidak, ketika bergabung dalam sebuah organisasi, setiap individu mempunyai kepentingan tertentu yang ingin dicapai pada saat bergabung dengan organisasi. Disamping bahwa ada kepentingan organisasi, yakni visi, yang harus sejalan dan selaras dengan pemikiran individu yang bergabung dengan organisasi. Kepentingan merupakan salah satu faktor dominan yang menjadi akar pemicu konflik. Misalnya dalam sebuah organisasi kampus, setiap individu yang bergabung mempunyai angan-angan tertentu yang ingin diraihnya. Dan ketika angan-angan dan harapan tersebut perlahan-lahan hilang, maka individu yang bersangkutan akan surut semangatnya di organisasi itu. Konflik juga bersinggungan dengan peran. Peran yang dijalani setiap individu (baik pemimpin maupun yang dipimpin) bisa saja bertentangan dengan keinginan pribadi yang bersangkutan.

Pendekatan Dalam Manajemen Konflik

1. Stimulasi Konflik 

- Peningkatan persaingan antar individu dan kelompok
- Pelibatan pihak eksternal ke dalam bagian dimana konflik terjadi
- Perubahan aturan main atau prosedur yang ada

2. Pengendalian Konflik

- Perluasan penggunaan sumber daya organisasi
- Peningkatan Kordinasi dalam organisasi
- Penentuan tujuan bersama yang dapat mempertemukan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik
- Mempertemukan perilaku dan kebiasaan kerja dari para pegawai

3. Penyelesaian dan Penghilangan Konflik

- Penghindaran Konflik dengan jalan penghindaran sumber-sumber konflik
- Intervensi terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik untuk melakukan kompromi
- Mengakomodasi keinginan pihak-pihak yang terlibat konflik dalam suatu forum penyelesaian konflik

Referensi :

ORGANISASI

ORGANISASI NIAGA, SOSIAL, REGIONAL DAN INTERNASIONAL 
1. Pengertian organisasi niaga , sosial, regional dan internasional
Organisasi niaga adalah Organisasi niaga adalah organisasi yang tujuan utamanya mencari keuntungan. Dilihat dari pengertiannya pun organisasi niaga dibentuk untuk menghasilkan suatu tujuan untuk mendapatkan sebuah keuntungan terutama dalam bidang niaga itu sendiri.



          Tujuan dari organisasi niaga antara lain :
         1. Mengadakan sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan mencapai tujuannya tersebut
         2. Dengan mengadakan organisasi niaga pun dapat mensejahterkana masyarakat
         3. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama

          Macam-macam organisasi niaga :
         1. Perseroan Terbatas (PT)
         2. Persekutuan Komanditer (CV)
         3. Joint Ventura
         4. Koperasi
         5. Kartel
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Organisasi Regional : merupakan organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja. Sebagai contoh: ASEAN (Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi anggota).
Organisasi Internasional adalah suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga merupakan isi dari perjanjian atau charter. Contoh nya : PBB, NATO.

2. Perbedaan organisasi niaga dan sosial menrut wilayah regional dan internasional
Organisasi Niaga menurut wilayah Regional dan Internasional yaitu organisasi yang tujuannya mencari keuntungan, berdasarkan wilayah Regional organisasi tersebut hanya meliputi beberapa negara tertentu saja. Sedangkan berdasarkan wilayah Internasional, organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara didunia.
Organisasi Sosial menurut wilayah Regional dan Internasional yaitu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. berdasarkan wilayah Regional organisasi tersebut hanya meliputi beberapa negara tertentu saja.

3. Hal-hal penting yang perlu di penuhi dalam membentuk suatu organisasi

- Organisasi bisa berdiri bila terdiri lebih dari 1 atau 2 orang, yang mengartikan memiliki banyak orang dalam sebuah organisasi. Untuk mencapai tujuan yang di harapkan dimana Peran penting dalam sebuah oraganisasi agar berhasil adalah peran seorang pemimpin yang tidak mementingkan kepentingan peribadinya tetapi lebih mementingkan kepentingan semua orang yang berada dalam organisasi tersebut.

- Komunikasi adalah hal penting untuk berjalannya suatu organisasi dalam mengatasi beragam masalah yang ada. Hubungan antara Pimpinan dengan karyawannya dalam organisasi kadang mengalami kendala serta kadang timbul hal yang tidak harmonis dalam bekerja. Untuk itu, suatu organisasi agar terhindar persoalan komunikasi organisasinya perlu mempelajari dan memahami tentang komunikasi interpersonal.

- Keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

- Proses manajemen ini dirasa sangat penting dalam menjalankan dan menjaga kelangsungan hidup organisasi, hal ini dikarenakan para anggota dari suatu organisasi berasal dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga mempunyai sistem nilai yang berbeda-beda pula dan setiap anggota organisasi memiliki motivasi yang mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya.


4. Rentang kendala (span of control) dengan batasan-batasan
Rentang Kendali (Span of Control)  : Sering disebut juga Span of Management, Span of Executive atau Span of Authority. Adalah batas jumlah bawahan langsung yang dapat dipimpin dan dikendalikan secara effektif oleh seorang manager.
Perlunya Rentang Kendali dalam Organisasi
          - Keterbatasan waktu
          - Keterbatasan pengetahuan
          - Keterbatasan kemampuan
          - Keterbatasan perhatian
          - Rentang Kendali setiap pemimpin / manager tidak sama (relatif)
Faktor yang Membatasi Rentang Kendali
          - Sifat dan terperincinya rencana
          - Latihan-latihan dalam perusahaan
          - Posisi Manager dalam perusahaan
          - Dinamis & Statisnya Organisasi
          - Efektivitas Komunikasi
          - Tipe pekerjaan yang dilakukan
          - Kecakapan & Pengalaman Manager
          - Span of Personality and Energy
          - Dedikasi dan Partisipasi bawahan.


5. Kebaikan dan keburukan bentuk-bentuk organisasi

a. Organisasi Garis     
     Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi. Pada jenis organisasi ini, garis bersama dari kekuasaan dan tanggung-jawab bercabang pada setiap tingkat pimpinan, dari yang teratas sampai yang terbawah. Setiap atasan mempunyai sejumlah bawahan dan masing-masing bawahan meberikan pertanggung-jawabannya kepada atasannya. Dalam hal ini seseorang hanya bertanggung-jawab pada satu atasan.
kebaikan dari organisasi garis yaitu :
- Kesatuan dalam pimpinan dan perintah
- Pengambilan keputusan lebih cepat
- Solidaritas karyawan tinggi
- Biayanya rendah.
Keburukan Organiasasi garis yaitu :
- Tidak bergantung pada satu pimpinan , Shingga , jika ia tidak mampu akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi tersebut.
- Adanya kecenderungan pimpinan untuk bertindak otokratis
- Perkembangan kesempatan karyawan terbatas.

b. Organisasi Garis dan Staff
     Organisasi ini banyak digunakan oleh perusahaan besar yang daerah operasionalnya luas serta memilki bidang tugas yang kompleks. Di sini kesatuan perintah juga dipertahankan, atasan memiliki bawahan tertentu dan bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan. Kepada atasan tersebut bawahan harus bertanggung–jawab atas pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staf.
Kebaikan organisasi garis dan staff yaitu :
- Relevan untuk perusahaan besar
- keputusan lebih rasional karena adanya staff ahli
- Dapat mewujudkan “ The right man , in the right place “
Keburukan organisasi garis dan staff  yaitu :
- Organisainya rumit karena kompleksnya susunan organisasi serta membutuhkan biaya tinggi.
- Koordinasi kadang-kadang sukar diterapkan
- Solidaritas sesama karyawan berkurang karena jumlahnya yang banyak sehingga memungkinkan mereka untuk tidak lagi saling mengenal.

c. Organisasi Fungsional
     Organisasi Fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor dimana segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap pimpinan berwenang memberikan komando kepada bawahan sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut
Kebaikan organisasi fungsional yaitu :
- Ada pembidangan tugas-tugas jelas.
- Tenaga-tenaga ahli dalam berbagai bidang sesuai dengan fungsinya.
- Moral, solidaritas dan disiplin dalam menjalankan fungsi yang sama biasanya tinggi.
- Koordinasi antara orang-orang dalam satu fungsi mudah dijankan.
Keburukan organisasi fungsional yaitu :
- Sulit mengadakan tour of duty dan tour of area dikarenakan adanya spesialisasi.
- Para karyawan lebih mementingkan bidangya sehingga sukar melaksanakan koordinasi secara menyeluruh.
- Para karyawan menjadi lebih ektra keras dalam menjalankan tugas karena mempunyai banyak atasan.

Referensi :
-http://maulinaa4.wordpress.com/2011/03