I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Anda pasti tahu bahwa setiap orang apakah dia orang tua, remaja, ataupun anak-anak, dalam kegiatan berkomunikasi lisan maupun tulis (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) setiap hari menggunakan bahasa. Dalam berkomunikasi dengan bahasa itu pasti membuat kesalahan. Kesalahan itu ada yang sistematis dan ada yang tidak sistematis. Dalam kaitannya dengan analisis kesalahan, yang disoroti adalah kesalahan yang bersifat sistematis. Kesalahan sistematis berarti kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Kompetensi dalam pembicaraan ini adalah kemampuan pembicara atau penulis untuk melahirkan pikiran dan perasaannya melalui bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa yang digunakan itu berwujud kata, kalimat, dan makna yang mendukungnya. Kata dan kalimat berunsurkan bunyi-bunyi yang membedakan yang disebut fonem.
Memperhatikan penjelasan di atas, kesalahan yang perlu dianalisis mencakup tataran tata bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi) tata kalimat (sintaksis), dan tataran tata makna (semantik). Analisis kesalahan bidang tata bunyi berhubungan dengan kesalahan ujaran atau pelafalan, grafemik, pungtuasi, dan silabisasi. Analisis kesalahan dalam tata bentuk tentu saja kesalahan dalam membentuk kata terutarna pada afiksasi. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Dan yang berikutnya analisis kesalahan bidang semantik berkaitan dengan ketepatan penggunaan kata, frase atau kalimat yang didukung oleh makna baik makna gramatikal maupun makna leksikal.
Mengingat adanya masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing karena terjadinya kesalahan berbahasa pembelajar, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dan mencoba mengajukan alternatif pengajaran remedi agar kesalahan-kesalahan itu berkurang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para pembelajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing?
2. Bagaimanakah alternatif strategi pengajaran remedi untuk mereduksi kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan – tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia oleh para pembelajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing setelah adanya tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan klasifikasi kesalahan-kesalahan tersebut.
2. Mengajukan alternatif pengajaran remedi agar kesalahan-kesalahan tersebut tereduksi dan tidak terulang lagi pada pembelajaran selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
4. Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan Berbahasa
4.1 Tujuan Analisis Kesalahan
Analisis kesalahan merupakan usaha membahas kebutuhan-kebutuhan praktis guru kelas. Secara tradisional, analisis kesalalahan bertujuan menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua. Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu guru dalam hal menentukan urutan bahan pengajaran, memutuskan pemberian penekanan, penjelasan dan praktik yang diperlukan, memberikan remidi dan latihan-latihan, dan memilih butir-butir bahasa kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar (Sudiana, 1990:103).
Tujuan
Akhirnya sampailah kita pada pembicaraan tujuan. Oleh karena analisis itu merupakan suatu kegiatan, maka ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan analisis kesalahan maupun analisis kontrastif dapat dibaca pada uraian di bawah ini.
Telah dikatakan di atas bahwa analisis kesalahan dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.
Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan, (3) memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).
Corder (dalam Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang dilakukan.
Dengan memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan pelafalari, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.
pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa.
8. Jenis Kesalahan Berbahasa
Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan menjadi:
(a) kesalahan pada tataran fonologi,
(b) kesalahan pada tataran morfologi,
(c) kesalahan pada tataran sintaksis,
(d) kesalahan pada tataran semantik,
(e) kesalahan pada tataran leksikal,
(f) kesalahan pada tataran wacana.
Jenis Kesalahan
Jenis Kesalahan
|
Jumlah Kesalahan
|
Keterangan
| |
1. Keefektifan kalimat
|
422
|
Kalimat-kalimat yang ada sebagian besar tidak mempunyai kesatuan informasi atau ide.
| |
2. Diksi
|
228
|
Kesalahan pemakaian ada dengan adalah sebanyak 28; ada juga kesalahan penggunaan kita dengan kami; berangkat dengan meninggalkan; cara dengan secara; tidak dengan bukan; ada dengan mempunyai
| |
3. Afiksasi
|
203
|
Lihat tabel 2 .2
| |
4. Tidak lengkapnya fungsi Kalimat
|
113
|
Ketidaklengkapan fungsi kalimat meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, penghilangan objek pada verba transitif
| |
5. Urutan kata
|
74
|
Kesalahan urutan kata berupa pembalikan urutan frasa yang berpola D - M menjadi M – D
| |
6. Preposisi
|
52
|
Pemakaian preposisi di sering rancu dengan pemakaian dalam
| |
7. Konstruksi pasif
|
37
|
Kalimat-kalimat yang seharusnya menggunakan bentuk pasif masih menggunakan bentuk aktif dan sebaliknya.
| |
8. Konjungsi
|
25
| ||
9. Pemakaian “yang”
|
17
|
Bentuk ‘yang’ kadang hadir ketika kalimat/pernyataan tidak menuntut kehadiran yang dan sebaliknya, tidak digunakan ketika sebuah ujaran menghendaki pemakaian yang.
| |
10. Penjamakan
|
9
|
Kesalahan dilakukan dengan dipergunakannya bentuk ulang yang berarti jamak walaupun sudah ada penanda jamak lainnya.
| |
Jumlah
|
1180
| ||
1. Kesalahan Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat yang dibuat pembelajar tidak efektif karena tidak adanya kesatuan informasi/arti dan bentuk. Kalimat yang dibuat mengandung lebih dari satu kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan arti. Bahkan, ada banyak pernyataan yang hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas sehingga tidak membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan maknanya. Ada 422 kalimat dengan tipe ini. berikut ini beberapa contoh pernyataan-pernyataan tersebut beserta alternatif pembenarannya.
Contoh-contoh kesalahan keefektifan kalimat:
(1) Sering keluarga yang dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
(2) Setelah itu, kendi adalah sedia untuk membakar dengan teknik ada primitiv sekali.
(3) Menduduki dalam lingkaran tertawa, makanan, menyanyikan dengan ibu, tutor-tutor dan temannya beristirahat nanti hari ini mengunjungi tempat-tempat lain di cuaca panas.
(4) Kami juga mengunjungi orang Jawa di pabrik batik ialah pengalaman lain yang saya mau itu paling baik supaya melihat-lihat jenis berbeda batik.
(5) Bagaimanapun dewasa ini pemerintah saya mempunyai dana perwalian dan suatu doktor bisa pekerjaan banyak alternatif ke obat yang modern, misalnya chiropractice, acupunture, aromatherapy, ahli pengobat dengan menggunakan kebatinan (faith healing) reflexology dan hypnotherapy.
Alternatif pembenarannya:
(1) Keluarga dari daerah pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani, sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
(2) Setelah itu, kendi tersebut siap untuk dibakar dengan teknik tradisional.
(3) Setelah mengunjungi beberapa tempat, kami dan para tutor beristirahat dengan duduk melingkar sambil menyanyi, bercanda, dan makan makanan yang disiapkan oleh ibu itu.
(4) Kami mengunjungi orang Jawa di pabrik batik untuk melihat jenis-jenis batik yang berbeda. Kegiatan itu merupakan pengalaman lain yang paling baik bagi kami.
(5) Dewasa ini, pemerintah saya mempunyai dana perwalian yang memungkinkan seorang dokter bisa memadukan pengobatan alternatif dengan obat yang modern seperti, chiropractice, acupunture, aromatherapy, faith healing, eflexology dan hypnotherapy.
2. Kesalahan Pemilihan Kata
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya. Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Penelitian ini memberi gambaran yang jelas bahwa para pembelajar BIPA banyak melakukan kesalahan dalam pemilihan kata ketika mereka menyusun kalimat-kalimat dan atau paragraf. Dari analisis data, terdapat 228 kesalahan dalam pemilihan kata. Kesalahan yang mereka lakukan meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata terjemahan yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada yang dikacaukan dengan kata adalah; penggunaan pronomina kita dengan kami (yang dalam bahasa Inggris ‘us’); kata berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara; kata tidak dengan kata bukan; kata ada dengan kata mempunyi. Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
(1) Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
(2) Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
(3) Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
(4) Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5) Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
(6) Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
(7) Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
(8) Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A
Alternatif pembenarannya:
(1) Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.
(2) Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
(3) Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
(4) Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5) Pada jam empat, kami berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.
(6) Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
(7) Di Inggris, masalah disiplin lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah, keterlambatan masuk sekolah dan kekerasan.
(8) Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi sekarang ekonomi masyrakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi.
3. Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
(1) Saya nikmat perjalan di Indonesia.
(2) Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
(3) Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
(4) Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
(5) Di Inggris guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
(6) Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
(7) Untuk menulis presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
(8) Mungkin mayoritas orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
(9) Dia menyuruh Kunto menyanyakan polisi.
(10) Dalam karangan ini saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jaaawa dan di Inggris.
Alternatif pembenarannya:
(1) Saya menikmati perjalanan di Indonesia.
(2) Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
(3) Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
(4) Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat batik yang menghasilkan dua jenis batik, batik cap dan batik tulis tangan.
(5) Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka harus belajar di TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.
(6) Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama Islam.
(7) Untuk menulis presentasi ini, saya berbicara dengan tiga orang.
(8) Mayoritas orang Indonesia merasa cemburu kepada orang asing.
(9) Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
(10) Dalam karangan ini, saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jawa dengan keluarga di Inggris.
4. Kesalahan karena Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, dan penghilangan objek pada predikat berverba transitif. Kesalahan tipe ini berjumlah 113 buah. Kesalahan tersebut terbagi atas 49 kesalahan karena tidak bersubjek, 45 kesalahan karena predikat yang tidak jelas, dan 19 kesalahan karena tidak adanya objek pada predikat yang berverba transitif. Berikut ini akan disajikan contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan karena tidak bersubjek:
(1) Di keraton menarik dan indah tetapi cuaca lembab dan panas.
(2) Menurut orang wawancara di Indonesia ada yang bermacam-macam di dapatkan daerah ke daerah.
(3) Untuk saya mengerti bagaimana mahasiswa mahasiswa tentang pendidikan Indonesia dan khususnya pengajaran Bahasa Inggris.
(4) Salah satu utama kebaikan ialah rata-rata guru, saya mengerti bahwa in bagus, semua mahasiswa dikesan.
(5) Sementara adalah orang yang mau belajar, untuk menjadi guru ide bagus!
Alternatif pembenarannya,
(1) Keraton Yogyakarta menarik dan indah tetapi cuaca hari ini lembab dan panas.
(2) Menurut orang yang saya wawancarai, Indonesia mempunyai bermacam-macam kesenian yang berbeda di setiap daerah.
(3) Saya mengerti pendapat para mahasiswa tentang pendidikan di Indonesia, khususnya sistem pengajaran Bahasa Inggris.
(4) Salah satu keunggulan utama ialah kualitas rata-rata guru. Saya mengerti bahwa ini yang membuat semua siswa terkesan.
(5) Ada banyak orang yang mau belajar untuk menjadi guru. Ini ide bagus!
Contoh kesalahan karena predikat kalimat yang tidak jelas
(1) Lebih dari itu, Aromatheraphy ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini lebih baik membakar minyak di dalam kamar.
(2) Umumnya kenakalan remaja dari rumah atau keluarga rusak.
(3) Dulu sebagian besar guru di Tim-tim dari pulau-pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka berangkat dari Tim Tim dan tidak cukup guru untuk sekolah di sana.
(4) Di Indonesia ada banyak upacara adat, setiap suku aturan-aturan yang harus dilakukan sebelum upacara pernikahan.
(5) Orang-orang yang tinggal di kota berbedaan.
Alternatif pembenarannya:
(1) Lebih dari itu, Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan ketegangan dan menciptakan rasa santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak wangi di dalam kamar.
(2) Umumnya, kenakalan remaja bermula dari keluarga yang tidak harmonis.
(3) Dulu, sebagian besar guru di Tim-Tim berasal dari berbagai pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka meninggalkan Tim-Tim sehingga tidak ada cukup banyak guru untuk sekolah-sekolah di sana.
(4) Di Indonesia, ada banyak upacara adat. Setiap suku memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan sebelum upacara pernikahan.
(5) Orang-orang yang tinggal di kota berbeda mempunyai kebiasaan yang berneda pula.
Contoh-contoh kesalahan karena tidak adanya objek dalam kalimat yang berpredikat verba transitif.
(1) Saya menikmati banyak sekali.
(2) Seorang anak jalanan berbicara kepada saya kalau orang tua angkat mengusir ketika dia berumur sepuluh.
(3) Upacara ini menunda sampai kelurga bisa mempunyai kadang-kdang ada beberapa bulan.
(4) Bagaimanapun, mereka menjual terbang onderdil kemudian British aerospace pegawai bepergian dari Inggris ke Indonesia.
(5) Hidup suku Dani tidak rusah merubah tetapi saya pikir ubah akan menjadi tak dapat dielakkan.
Alternatif pembenarannya:
(1) Saya sangat menikmati perjalanan ini.
(2) Seorang anak jalanan berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia ketika dia berumur sepuluh tahun.
(3) Upacara ini ditunda beberapa bulan sampai keluarga mempunyai cukup banyak uang.
(4) Mereka menjual onderdil pesawat terbang itu. Kemudian, Pegawai British Aerospace datang ke Indonesia untuk merakitnya.
(5) Kehidupan Suku Dani tidak perlu diubah tetapi saya berpikir bahwa perubahan akan terjadi dan itu tak dapat dielakkan.
5. Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang tidak tepat dalam kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu kalimat. Dari analisis data, terungkap ada 52 kesalahan dalam hal penggunaan preposisi. Kesalahan tersebut terbagi atas 29 kesalahan pada pemakaian preposisi yang tidak tepat, 14 kesalahan karena tidak adanya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan 9 kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh kesalahan-kesalahan penggunaan preposisi tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat:
(1) Banyak barang-barang dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2) Sebelum makan siang saya menjadi kuat oleh minum jamu yang “sehat pria”.
(3) Saya kembali di hotel Radisson naik bis kecil.
(4) Sesudah pertunjukkan kami membeli oleh-oleh kemudian kami pulang kepada Hotel Radisson.
(5) Mereka hanya boleh tidur untuk tiga jam sesudah itu mereka harus mengganti dengan lain orang.
Contoh kesalahan karena tidak adanya preposisi:
(6) Kami pergi Pabrik Batik untuk mengerti tentang proses batik.
(7) Kemudian, kami berjalan kaki terus Jl. Malioboro ke supermarket.
(8) Hari ini kelompok semua pergi Sultan Palace naik bis besar.
(9) Soeharto akan selalu diingatkan orang terkenal dan juga orang jago.
(10) Penyakit gawat seperti penyakit kuning bisa disembuhkan jamu.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu:
(11) Kehidupan di guru-guru tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia atau Skotlandia di mana saya tinggal.
(12) Saya hanya harap, dengan semua Indonesia penduduk ingat dia dalam sejarah seorang yang membantu Indonesia menang kemerdekaan dari dua-duanya pemerintah Jepang dan pemerintah Belanda.
(13) Mereka harus ada ‘catalytic conventer’ dalam juga supaya gas yang beracun akan mengurangi.
(14) Dalam hal di atas, banyak orang mengadakan tekanan terhadap oleh anaknya supaya mereka membeli mainan dan gula-gula.
(15) Itu punya partai di politik yang bernama Golkar.
Alternatif pembenarannya:
(1) Banyak barang dapat dibeli di toko-toko itu seperti, pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2) Sebelum makan siang, saya menjadi kuat karena minum jamu “sehat pria”.
(3) Saya kembali ke hotel Radisson naik bis kecil.
(4) Sesudah pertunjukan, kami membeli oleh-oleh kemudian kami kembali ke Hotel Radisson.
(5) Mereka hanya boleh tidur selama tiga jam. Sesudah itu, mereka harus bergantian dengan orang lain.
(6) Kami pergi ke pabrik Batik untuk mengerti proses membuat batik.
(7) Kemudian, kami berjalan kaki terus ke Jl. Malioboro dan masuk ke supermarket.
(8) Hari ini, semua kelompok pergi ke ‘Sultan Palace’ dengan naik bis besar.
(9) Soeharto akan selalu diingat sebagai orang terkenal dan juga seorang pahlawan.
(10) Penyakit gawat, seperti penyakit kuning, bisa disembuhkan dengan jamu.
(11) Kehidupan guru-guru tidak mudah baik Anda bekerja di Indonesia ataupun di Skotlandia tempat saya tinggal.
(12) Saya hanya berharap semua penduduk Indonesia mengingat dia dalam sejarah sebagai orang yang membantu Indonesia mencapai kemerdekaan dari kedua penjajah, pemerintah Jepan dan pemerintah Belanda.
(13) Mereka harus mempunyai ‘catalytic conventer’ supaya gas yang beracun dapat dikurangi.
(14) Dalam hal di atas, banyak orang mengadakan tekanan terhadap anak-anaknya supaya mereka membeli mainan dan gula-gula.
(15) Itu milik partai politik yang bernama Golkar.
6. Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1) Hari ini, menarik hari.
(2) Keluarga adalah sosial kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3) Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi mereka.
(5) Jamu saset belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal 16 September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik pendidikan memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7) Bentuk kedua di polusi datang dari industri.
(8) Mayoritas orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa saya.
(9) Terbang itu dipasang oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10) Dia diajarkan SMA curikulum yang sama-sama di semua sekolah.
Alternatif pembenarannya:
(1) Hari ini adalah hari yang menarik.
(2) Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3) Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi mereka terpenuhi.
(5) Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras kencur, anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal 16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa pendidikan musik diperlukan sebagai dasar yang baik untuk pendidikan humaniora.
(7) Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8) Mayoritas orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di desa.
(9) Pesawat terbang itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10) Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.
7. Kesalahan Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga yang mempunyai dua pola yang berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal - (sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal- (suifks) untuk pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal- (sufiks) + O menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) + S hanya untuk pronomina orang ketiga.
Kesalahan penggunaan konstruksi pasif yang terungkap dari penelitian ini relatif banyak, 37 konstruksi. Kesalahan ini terdiri atas tujuh kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola pertama, dan 30 kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola kedua. Kesalahan penggunaan konstruksi pasif bentuk kedua ini terjadi karena kesalahan penggunaan afiks-afiks pembentuk konstruksi aktif-pasif. Di bawah ini beberapa contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan konstruksi pasif:
(1) Mesjid ini membuat untuk Sultan pertama.
(2) Di dalam temple ada banyak kemenyan juga membakar.
(3) Tempat pemujaan ketiga kami mengunjungi adalah mesjid.
(4) Duduk di rumah ibu merasa beristirahat jug dan makanan membuat oleh ibu enak sekali.
(5) Dia diajarkan SMA kurikulum yang sama-sama di semua sekolah.
(6) Dua golongan yang saya mau melihati untuk soal karangan ini adalaf suku Kubu yang berasal dari Sumatra Selatan dan Suku Bali Aga yang berasal dari Bali.
(7) Contohnya, ada beberapa LSM khusus untuk menolong wanita-wanita yang diperkosa, atau untuk menolong orang-orang yang hilang rumahnya karena banjir atau untuk membangkitkan kesadaran tentu suatu hal.
(8) Mungkin kebenaran terlalu dasyat untuk mengakui.
(9) Mungkin kesenian tradisional bisa mengubah dan mengguna teknik yang modern sehingga pelukisan bisa membuat lebih cepat.
(10) Pulau-pulau seperti Bali dan Jawa ada jumlah penduduk tertinggi, jadi banyak orang dimindahkan ke pulau lain khususnya Kalimantan dan Sulawesi.
Alternatif pembenarannya:
(1) Mesjid ini dibuat untuk Sultan pertama.
(2) Di dalam temple, ada banyak kemenyan dibakar.
(3) Tempat pemujaan ketiga yang kami kunjungi adalah mesjid.
(4) Kenyamanan kami rasakan ketika duduk di rumah ibu itu dan makanan yang di buatnya enak sekali.
(5) Kurikulum SMA diajarkan sama di semua sekolah atau Kurikulum SMA dia ajarkan secara sama di semua sekolah.
(6) Dua golongan yang ingin saya lihat sebagai topik karangan ini adalah suku Kubu yang berasal dari Sumatra Selatan dan Suku Bali Aga yang berasal dari Bali.
(7) Ada beberapa LSM khusus didirikan untuk menolong wanita-wanita yang diperkosa, atau untuk menolong orang-orang yang kehilangan rumahnya karena banjir atau untuk membangkitkan kesadaran tentang suatu hal.
(8) Mungkin, kebenaran terlalu dasyat untuk diakui.
(9) Mungkin, kesenian tradisional bisa diubah dengan penggunaan teknik yang modern sehingga lukisan bisa dibuat lebih cepat.
(10) Pulau-pulau seperti Bali dan Jawa mempunyai jumlah penduduk yang banyak sehingga banyak orang dipindahkan ke pulau lain khususnya Kalimantan dan Sulawesi.
8. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat. Selain itu, konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf. Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak jelasnya makna kalimat karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas. Ada 25 kesalahan penggunaan konjungsi yang terungkap dalam penelitian ini. Kesalah yang cukup menonjol adalah penggunaan konjungsi bahwa dan walaupun , masing-masing 9 dan 5 kesalahan. Kesalahan-kesalah yang lain tersebar untuk konjungsi-konjungsi yang lain. Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
(1) Guru-guru ada perteman sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di sekolahnya.
(2) Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang bahwa menghadiri gereja ini.
(3) Oleh sebabnya, apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, didikan kurang memuaskan.
(4) Menurut saya dan juga semua orang bahwa saya dibuat wawancara, Indonesia masih memerlukan tenaga kerja asing di dalam negara itu.
(5) Banyak orang Indonesia rasa bahwa ibu kota Jakarta adalah tempat yang mana mimpi mereka akan menjadi penuhi.
(6) Walaupun bahkan adalah memberi haparan bahwa setiap hari sesudah sampah terkumpul, sampah-sampah itu dipisahkan menurut jenis bahannya.
(7) ABRI mempunyai banyak pengaruh daripada dulu dari masyarakat.
(8) Maupun mereka ada rencana-rencana. misalnya, untuk mengatasi masalah-masalah pemerintah Indonesia mencoba transmigrasi.
Alternatif pembenarannnya:
(1) Guru-guru sedang mengadakan perteman ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di halaman sekolah.
(2) Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang yang menghadiri gereja ini.
(3) Apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, anak didik kurang memuaskan.
(4) Menurut saya dan juga semua orang yang saya wawancarai, Indonesia masih memerlukan tenaga kerja asing.
(5) Banyak orang Indonesia merasa bahwa ibu kota Jakarta adalah tempat mimipi-mimpi mereka akan terpenuhi.
(6) Sesudah sampah terkumpul, sampah-sampah itu dipisahkan menurut jenis bahannya.
(7) ABRI mempunyai banyak pengaruh terhadap masyarakat sejak dulu.
(8) Walaupun demikian mereka mempunyai rencana-rencana. Misalnya, untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan, pemerintah Indonesia menggalakan program transmigrasi.
9. Kesalahan Penggunaan ‘yang’
Kesalahan pemakaian ‘yang’ yang dilakukan pembelajar BIPA relatif banyak yaitu 15 kesalahan. Kesalahan yang dilakukan berupa penggunaan yang dalam kalimat yang tidak memerlukan ‘yang’ dan sebaliknya ‘yang’ tidak digunakan ketika kalimat-kalimat memerlukan yang untuk memperjelas makna kalimat tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan’ yang’:
(1) Menurut teman saya, TKA mempunyai peran yang pentiing sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
(2) Hampir semua segi bahwa saya mencari bisa yang dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3) Saluran TV ini swasta dan mereka bisa menunjuk apa saja mereka mau.
(4) Oleh karena itu, pers Inggris tidak diperoleh melaporkan satupun yang dikenai buku ini.
(5) Suku Dani masih hidup secara yang primitif.
Alternatif pembenarannya:
(1) Menurut teman saya, TKA mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantu masyarakat dan prasarana lokal.
(2) Hampir semua segi yang saya temukan bisa dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3) Saluran TV ini adalah saluran swasta dan mereka bisa mempertunkukan semua hal yang merek mau.
(4) Oleh karena itu, pers Inggris tidak diperbolehkan melaporkan satupun tentang buku ini.
(5) Suku Dani masih hidup secara primitif.
10. Kesalahan Pembentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang nomina, penggunaan numeralia, dan penggunaan penanda jamak seperti, beberapa, sejumlah, para, banyak, sedikit, dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang bersangkutan harus dalam bentuk tunggal. Contohnya, buku-buku, 125 buku, beberapa buku.
Kesalahan dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun ketika mereka membuat bentuk jamak. Mereka memakai penanda jamak tetapi nomina tetap diulang atau sebaliknya ada penanda tunggal tetapi nominanya jamak. Berikut ini beberapa contoh untuk mendukung penjelasan di atas.
Contoh kesalahan penggunaan bentuk jamak:
(1) Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam trmpat-tempat wisata seperti Keraton, Taman Sari, pasar burung yang terletal di belakang Taman Sari.
(2) Saya membicarakan dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu untuk mengirimi semua anak-anakny ke universitas.
(3) Di Inggris, guru-guru merasa bahwa mereka menerima gajinya yang rendah dan banyak guru-guru berangkat untuk pekerjaan yang lain.
(4) Contohnya , kalau sesuatu suku-suku ingin pendidikan atau gereja, dan dokter, mereka seharusnya diberikan itu.
(5) Banyak pabrik-pabrik sudah ditutup karena ada lebih murah untuk membuat barang-barang di negeri asing seperti negeri-negeri Timur karena alasan penggangguran ada lebih kejahatan daripada banyak tahhun yang lalu.
Alternatif pembenarannya:
(1) Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti, Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang terletak di belakang Taman Sari.
(2) Saya berbicara dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu menyekolahkan semua anaknya ke universitas.
(3) Di Inggris, guru-guru merasa bahwa mereka menerima gaji yang rendah dan banyak guru meninggalkan profesi itu untuk mencari pekerjaan yang lain.
(4) Contohnya , kalau sesuatu suku menginginkan fasilitas pendidikan, gereja, dan dokter, mereka seharusnya mendapatkannya.
(5) Pabrik-pabrik sudah ditutup karena pembuatan barang-barang di negeri asing seperti negara-negera Timur lebih murah karena alasan banyak penggangguran.
Referensi : - blogger.com
- Wikipedia