Kamis, 01 Maret 2012

Ilmu Sosial Dasar Dalam Antropologi

ILMU SOSIAL DASAR DALAM ANTROPOLOGI
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang sedang membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.

2. Rumusan Masalah
Adapun yang dijadikan rumusan masalah penyusun diantarannya :
1. Apa Pengertian Antropologi?
2. Apa definisi Antropologi?
3. Bagaimana sejarah Antropologi?
4. Apa saja cabang-cabang Antropologi?
3. Tujuan penyusunan
Selanjutnya tujuan penyusun menyusun makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian Antropologi
2. Mengetahui definisi Antropologi
3. Mengetahui sejarah Antropologi
4. Mengetahui Cabang-cabang Antropologi

4. Metode Penyusunan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Selain itu, penyusun juga memperoleh data dari internet dengan cara menganalisa setiap materi yang berhubungan dengan Antropologi.







BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Antropologi adalah semua hal tentang manusia, dan merupakan tanggung jawab antropologi untuk menjelaskan semua cerita tentang manusia, dari segi yang baik maupun dari segi yang buruk. Antropologi tidak hanya terpaku pada sebagian kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari segala aspek.
Secara etimologi, antropologi berasal dari dua kata, yaitu Antrop dan Logos. Antrop berarti manusia, sedangkan Logos berarti kajian, diskusi, atau ilmu. Ilmu pengetahuan antropologi mengkaji manusia dalam bermasyarakat, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam suatu masyarakat suku bangsa, kebudyaan, dan perilakunya.

2. Definisi Antropologi
Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau stud. Secara harafiah antropologi berarti lmu atau studi tentang manusia antropologi mempelajari manusia sebagai mahkluk biologis, dan sebagai makhluk social

Definisi Menurut Para ahli

Berdasarkan etimologinya Kata antropologi berasal dari kata yunani “Antropo” yang berarti manusia dan “logy” atau “logos” berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.
1. Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2
antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.
2. Tulian Darwin
The origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi.Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia.
3. Menurut orang awam
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi
4. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
5. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
6. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

3. Sejarah Dan Perkembangan Antropologi
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

a. Fase Pertama (Sebelum Tahun 1800-An)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

b. Fase Kedua (Tahun 1800-An)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.


c. Fase Ketiga (Awal Abad Ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

4. Cabang-Cabang Antropologi
a. Antropologi Budaya
Budaya adalah alat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Ini adalah keseluruhan yang kompleks pengetahuan, moral, tradisi, seni dan adat, yang telah kita pelajari sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini ditransfer melalui generasi non-biologis, melalui kata-kata dan simbol. Antropolog budaya mencoba untuk memahami logika di balik norma-norma budaya. Mereka percaya bahwa tidak ada praktek tradisi atau budaya yang salah. Sebagai contoh, jaringan parut tubuh mungkin tampak aneh bagi kita. Namun, sebuah studi dari budaya suku-suku Afrika yang mengikuti ritual ini telah menunjukkan bahwa ini adalah praktek yang sangat relevan. Selama penelitian mereka, antropolog budaya hidup dalam masyarakat, mengamati kebiasaan mereka, dan mencoba untuk memahami mereka dibandingkan dengan praktek-praktek masyarakat lain. Antropolog budaya dapat belajar hidup masyarakat di ujung dunia, atau mungkin berkonsentrasi pada segmen tertentu dari masyarakat kita sendiri, seperti sektor korporasi, buruh, atau penghuni kawasan kumuh.

b. Antropologi Linguistik
Bahasa merupakan agen penting dari transmisi budaya. Ini adalah sebuah prestasi dari spesies manusia yang telah memberikan keunggulan atas sisa binatang dalam dunia kehidupan. Dalam upaya mereka untuk memahami asal-usul dan evolusi bahasa dan tradisi lisan, antropolog linguistik mendapatkan wawasan berharga ke dalam kebudayaan masyarakat. Mereka memahami hubungan antara berbagai masyarakat prasejarah dan menjelajahi makna konsep verbal untuk belajar tentang kondisi yang ada di masa lalu, dan bagaimana manusia disesuaikan dengan mereka. Selain mempelajari bahasa dalam aspek budaya, antropolog linguistik juga mencoba untuk memahami implikasi biologis bahasa. Hal ini melibatkan perubahan belajar di otak manusia dan tubuh, yang memungkinkan kita untuk mengatur suara dengan cara yang berarti, berkembang bahasa.

c. Arkeologi
Arkelologi berhubungan dengan mempelajari sisa-sisa nyata dari suatu budaya. Untungnya, manusia meninggalkan petunjuk tentang cara-cara hidup mereka, tidak hanya dalam kata-kata dan huruf, tetapi juga dalam bentuk materi tetap seperti potsherds, pondasi rumah, alat-alat batu dan penguburan. Ini mengungkapkan informasi penting tentang kepercayaan dan tradisi dari peradaban tertentu atau masyarakat. Sebagai contoh, lukisan di dinding makam mungkin melemparkan cahaya pada status dari orang yang dikuburkan di sana. Lukisan seperti sering menggambarkan praktek-praktek lazim di masyarakat. Studi situs pemakaman dapat membantu arkeolog memahami keyakinan agama dari sekelompok orang.

d. Antropologi Biologi
Antropologi biologis, juga dikenal sebagai antropologi fisik, berkaitan dengan asal-usul biologis menelusuri, perubahan evolusioner, dan keragaman genetik dari spesies manusia. Dalam proses ini, antropolog biologi mempelajari perilaku primata, dan variasi anatomi antara primata dan manusia untuk memahami perubahan fisik yang terjadi pada manusia selama perjalanan evolusi mereka dari kera. Mereka mungkin juga mengambil analisis genetik dan studi antropometrik untuk menemukan alasan di balik perbedaan fisik antara orang-orang dari berbagai kelompok.
Selain itu cabang utama, antropologi juga memiliki divisi lain seperti antropologi forensik, antropologi medis, dan antropologi ekologi. Meskipun masing-masing cabang adalah bidang studi khusus, mereka saling terkait. Hal ini memberikan antropolog keunggulan atas peneliti dari bidang lain dalam menangani masalah manusia, saat mereka mempelajari keberadaan manusia tidak dalam isolasi tetapi dalam totalitas.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Perkembangan antropologi terdiri atas 4 tahap yaitu ;
Ø Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Ø Fase Kedua (tahun 1800-an)
Ø Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Ø Fase Ketiga (awal abad ke-20)
2. Saran
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.




DAFTAR PUSTAKA

Green, E.C 1986 Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview

Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan. Universitas Cendrawasih Press. Jayapura.

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

http://hanabi-da-l.blogspot.com/

http://aancurhat.blogspot.com/2011/11/ilmu-sosial-dasar-dalam-bidang.html

http://dienz1305.blogspot.com/