Kamis, 29 November 2012

Kepemimpinan

Sejarah dalam Kepemimpinan
Untuk mendalami kepemimpinan, disini akan dikemukakan beberapa teori kepemimpinan yang telah dikenal sejak lama dan yang agak baru. Kepemimpinan berasal dari kata dasar "pimpin" yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata "pimpin" lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun dan benda "pemimpin" yaitu orang yang berfungsi memimpin atau membimbing atau menuntun. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas hal-hal yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada juga yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok/organisasi dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya memungkinkan ia ada.

Dalam kenyataannya apapun bentuk suatu organisasi, pasti memerlukan seseorang denga atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk menempati posisi sebagai pimpinan/pemimpin (leader). Seseorang menduduki posisi pemimpin di dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatannya. Sementara dari segi organisasi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Menurut Veitzal Riva’i, “kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama”. semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsure yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Kartini Kartono pengertian pemimpin sebagai berikut : “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”
Dengan demikian dalam kepemimpinan terdapat faktor-faktor pemimpin, yang dipimpin, tujuan, aktivitas, komunikasi/interaksi, situasi dan kekuasaan yang dapat ditumbuhkembangkan. Efektivitas kepemimpinan itu tidak semata-mata tertuju kepada bawahan, namun juga secara vertikal dan horizontal.

A.Fungsi Kepemimpinan
Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut:
Dimensi berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah:
1.Fungsi Instruktif
2.Fungsi Konsultatif
3.Fungsi Partisipasi
4.Fungsi Delegasi
5.Fungsi Pengendalian
Apabila pemimpin suatu organisasi melaksanakan tugasnya sesuai dengan beberapa fungsi diatas, maka akan timbul pengakuan bawahan atau kelompok yang dipimpin atas kepemimpinannya. Menurut Sondang P.Siagian tingkat penerimaan bawahan terhadap dan pengakuan bagi kepemimpinan seseorang akan semakin tinggi apabila pemimpin tersebut :
1.Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindak tanduk.
2.Tergolong sebagai pemimpin yang pada dasarnya demokratik tetapi sekaligus mampu melakukan penyesuaian tertentu tergantung pada situasi yang dihadapinya.
3.Menyadari benar makna dan hakikat kebenarannya dalam organisasi yang tercermin pada kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinan yang ahrus diselenggarakannya.
4.Dalam hubungan atasan dan bawahan menseimbangkan struktur tugas yang harus dilakukan oleh para bawahannya dengan perhatian yang wajar pada kepentingan dan kebutuhan para bawahan tersebut.
5.Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan-seperti juga diri sendiri mempunyai jati diri yang khas dengan kelebihan dan kekurangannya serta kekuatan dan kelemahannya.
6.Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal dan kesempatan memimpin dengan terus berusaha memiliki sebanyak mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal.
7.Dengan tetap menggunakan paradigma yang holistik dan integralistik mampu menentukan skala prioritas organisasi sesuai dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.
8.Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik secara positif maupun secara negatif, terhadap organisasi.
9.Memanfaatkan perkembangan yang terjadi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa berinjak dan orientasi manusia sebagai unsur terpenting dalam organisasi.
10.Menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri sendiri seperti tercermin dalam satunya ucapan dan perbuatan.
Menurut Gross dalam Idochi Anwar, ada sembilan fungsi kepemimpinan yaitu (1)menentukan tujuan, (2)menjelaskan, (3)memilih cara yang tepat, (4)memberikan tugas, (5)mengkoordinasikan tugas, (6)memotivasi, (7)menciptakan kesetiaan, (8)mewakili kelompok, (9)merangsang para anggota untuk bekerja. Secara umum, fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan memandu, menuntun, membimbing, membangun memberi motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

B.Tipe Kepemimpinan
Dalam implementasi fungsi kepemimpinan secara integral, dengan beberapa pemilahan maka akan terlihat tipe kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan memiliki beberapa pola dasar, diantaranya:
1.Tipe Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan dengan tipe otoriter berlangsung dalam bentuk “working on his group” karena pemimpin menempatkan dirinya diluar anggota/kelompoknya. Pemimpin merasa dirinya mempunyai hak istimewa dan harus diistimewakan oleh bawahannya. Pemimpin merupakan pihak yang memiliki wewenang sedangkan bawahan merupakan pihak yang hanya memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab.
2.Kepemimpinan Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Dari segi perilaku, kepemimpinan inicenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya, dengan cara apapun juga sehingga pemimpin hanya sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakkukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.
3.Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat, perilaku kepemimpinan cenderung memajukan dan mengembangkan kepentingan bersama/organisasi. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan-keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan disetiap jenjang atau unit masing-masing.

C.Determinan Kepemimpinan
Dalam hal ini, determinan diartikan sebagai hal-hal yang mempengaruhi kepemimpinan. Terdapat tiga determinan yang membuat kepemimpinan menjadi operasional, yaitu:
1.Faktor Kemampuan Individu
Dalam kepemimpinan, faktor pribadi yang berupa berbagai kompetensi seorang pemimpin sangat mempengaruhi proses kepemimpinannya. Dalam hal ini, konsepsi kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian kepada pribadi pemimpin dengan berbagai kualitas/ kemampuan yang dimilikinya.
Beberapa abad yang lalu, seorang dikatakan memiliki kualitas pribadi ketika ia dilahirkan dalam kalangan raja atau bangsawan. Maka muncullah teori “orang besar” yang pada saat sekarang ini sudah tidak relevan lagi.
Seorang pemimpin di era modern didasarkan pada beberapa kelebihan yang tidak dimiliki orang lain dalam kelompoknya, seperti kecerdasan, tingkat pendidikan, bertanggung jawab, aktivitas dan partisipasi sosial serta status ekonomi dan sosial. Hal tersebut nampak jelas pada lembaga/organisasi formal yang telah menerapkan standar atau aturan yang baku tentang syarat-syarat menjadi seorang pemimpin.
2.Faktor Jabatan
Satu hal yang perlu dipahami banwa seorang pemimpin tidak pernah bekerja dalam ruang vakum, tetapi dia selalu ada dalam lingkungan sosial yang dinamis. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki citra tentang perilaku kepemimpinan yang digunakan sehingga sesuai dengan situasi yang menyertainya. Oleh karena itu, dia harus memahami konsep peranan (role consept). Selain itu, seorang pemimpin harus tanggap terhadap situasi eksternal. Dalam hal ini berupa tuntutan perilaku yang berasal dari orang lain. Peristiwa ini disebut dengan “harapan peranan” (role ekspektation).
3.Faktor Situasi dan Kondisi
Situasi khusus selalu membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula. Seorang pemimpin dalam hal ini harus memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap situasi dan kondisi yang menyertai para bawahannya. Bila tidak, maka yang akan muncul bukan komitmen (kepatuhan) tetapi resistensi (perlawanan) dari para bawahan yang pada akhirnya berakibat pada tidak efektifnya suatu kepemimpinan.
Pemahaman terhadap situasi dan kondisi ini sangat penting bagi seorang pemimpin sehingga gaya kepemimpinannya tidak selalu monoton. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memahami dengan baik tipe Kepemimpinan Situasional.

D.Hakikat Pekerjaan Pemimpin dalam Organisasi Pendidikan
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah upaya menggerakkan dan mengarahkan orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Gerakan itu harus efektif dan berlangsung lama dan memperoleh hasil maksimal. Oleh karena itu memerlukan suasana: (1) kecintaan, (2) ikhlas, (3) kesadaran, (4) kegiatan profesional, (5) petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan (6) kesadaran sejarah.
Sesuai dengan pendapat bahwa kepemimpinan itu menyangkut perubahan, banyak pakar condong memaknai arti “pemimpin” sebagai pembawa perubahan (agent of change), yaitu seseorang yang memupuk perubahan. Dengan demikian pemimpin bukanlah mereka yang selalu memegang kepemimpinan formal. Sebaliknya, semua orang secara potensial adalah pemimpin. Selanjutnya, karena konsep kepemimpinan dan pemimpin menggambarkan adanya orang-orang lain yang terlibat, sebenarnya kepemimpinan adalah suatu proses kolektif atau proses kelompok.
Secara singkat konsep kepemimpinan terdiri atas empat asumsi dasar dalam pelaksanaannya:
1.Kepemimpinan berkaitan dengan pemupukan perubahan
2.Kepemimpinan pada intinya berbasiskan nilai-nilai
3.Semua orang secara potensial adalah pemimpin
4.Kepemimpinan adalah suatu proses kolektif atau kelompok.
Beberapa hal yang dicapai sebagai nilai akhir dalam kepemimpinan haruslah untuk meningkatkan persamaan, keadilan sosial dan kualitas kehidupan untuk memperluas akses dan kesempatan, untuk menguatkan respek perbedaaan dan keanekaragaman.

E.Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan (Kepala Sekolah)
Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. kepemimpinan akan tercermin dan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Begitu pula seorang manajer akan lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya bila ditunjang dengan jiwa kepemimpinan yang positif. Pemimpin dalam memanaje atau mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung ketercapaian tujuan sekolah. alam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan penting untuk dapat menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Sebagai pengelola pendidikan, Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja para personil, teutama meningkatkan kompetensi profesional para guru. Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya penggerakkan bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Kepala Sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

F.Perilaku Spesifik Pemimpin Dalam Mengelola Pekerjaan
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah penggerak orang-orang yang bekerja. Oleh karena itu, ia harus memiliki perilaku yang efektif dalam menggerakkan bawahannya. Beberapa perilaku kepemimpinan dalam mengelola pekerjaan antara lain membuat perencanaan, menjelaskan, memberikan informasi, memantau dan memecahkan masalah.
1.Membuat Perencanaan
Perencanaan merupakan perilaku pertama yang harus dilakukan dalam mengelola pekerjaan berdasarkan beberapa prinsip yaitu pekerjaan apa yang akan dilakukan, mengapa harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang akan melakukan dan bila mana dilakukan, dan di mana harus dilakukan. Kategori perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, strategi, struktur formal, alokasi sumber daya dan pengaturan berbagai kegiatan organisasi. Tujuannya agar pengorganisasian unit kerja sejak awal dapat dijalankan dengan efektif.
2.Menjelaskan
Menjelaskan (clarifying) adalah kegiatan mengkomunikasikan rencana kegiatan yang telah ditentukan atau berbagai kebijakan yang telah dibuat dan petunjuk praktis dalam melaksanakan berbagai kebijakan tersebut.
3.Memberi Informasi
Perilaku menginformasikan adalah suatu kegiatan mengkomunikasikan tugas oleh seorang pemimpin kepada bawahan sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan baik atau memerikan informasi kepada para atasan tentang kegiatan-kegiatan, keputusan-keputusan, serta kinerja subunit dalam instansi tersebut.
4.Memantau
Memantau (monitoring) adalah kegiatan pengumpulan informasi mengenai kegiatan atau aktivitas di subbagian (pemantauan internal) serta informasi tentang peristiwa-peristiwa yang relevan dalam organisasi yang lebih besar yang berasal dari lingkungan luar unit organisasi (pemantauan eksternal).
5.Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah menyangkut identifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, menganalisisnya dengan cara yang sistematis, dan bertindak tepat waktu untuk mengimplementasikan berbagai solusi dalam situasi krisis. Tujuan dari perilaku ini adalah untuk stabilitas organisasi dalam menjamin iklim kerja yang kondusif dan hubungan kerja yang baik.
Salah satu kekurangan yang paling menonjol dalam perilaku mengelola pekerjaan adalah lemahnya sistem monitoring terhadap perilaku pegawai yang berakibat pada tidak terjaminannya mutu kerja. Kelemahan ini harus diantisipasi oleh lembaga pendidikan untuk menghasilkan produktivitas kerja yang optimal.
G.Hal-hal yang sulit dicapai dalam Pengembangan Organisasi
Tidaklah mesti keberhasilan suatu kegiatan selalu meneknkan pada kondisi atau persyaratan-persyaratan yang diperlukan dan ketepatan pengelolaan program-programnya. Selain itu, perlulah juga diprhatikan apa saja yang sulit atau tidak mudah dicapai secara sempurna dalam pelaksanaan program kegiatan tersebut, termasuk dalam hal ini Pengembangan Organisasi. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa Pengembangan Organisasi merupakan salah satu strategi yang paling tepat dan paling efektif dan bahkan ada kecenderungan yang memandangnya sebagai strategi yang dapat memecahkan semua persoalan organisasi dan manajemn, baik yang disebabkan oeh perseorangan, kelompok ataupun organisasional. Tapi patut disadari bahwa sebaik apapun sebuah program atau strategi pasti memilki kelemahan-kelemahan pada titik-titik tertentu. Dan kelemahan-kelemahan tersebut yang terdapat dalam Pengembangan Organisasi, menurut Adam I. Indrawijaya, adalah sebagai berikut:
Pertama, Pengembangan Organisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat mengembangkan kerjasama yang betul-betul harmonis dan sportif. Konflik dalam sebuah oganisasi meupakan suatu kenyataan yang tidak mungkin dapat dihindari dan memang diperlukan dalam mengembangkan oransasi.
Kedua, Pengembangan Organisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat menciptakan suatu organisasi yang betul-betul dan selalu berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal.
Ketiga, Pengembangan Oganisasi tidak dapat dan tidak mungkin dapat mengubah atau memperbaiki suatu organisasi yang kurang efektif da efisien hanya dalam waktu yang singkat.
Keempat, Pengembangan Organisasi bukanlah suatu strategi da teknologi yan bebas nilai, karena selain dipengaruhi sistem nilai mereka yang mempergunakannya, juga yang lebih penting adalah sasarannya sendiri yaitu untuk mengembangkan sistem nilai organisasional yang lebih positif.

H.Kesimpulan
Peran utama seorang pemimpin adalah mempengaruhi atau menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan antusias. Seorang pimpinan sebuah organisasi harus memiliki kemampuan dalam memanaj organisasi yang dipimpinnya, hal ini akan dapat membantu dalam perkembangan organisasi tersebut. Dengan adanya perkembanagn organisasi maka akan diikuti dengan perubahan dalam beberapa hal di tubuh organisasi. Organisasi mengalami berbagai tantangan baik yang berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan. Penyebab perubahan yang berasal dari dalam diri organisasi misalnya, bertambahnya volume kegiatan, adanya peralatan baru, perubahan tujuan, penambahan tujuan, perluasan wilayah kegiatan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan serta perilaku para pegawai. Sedangkan penyebab perubahan yang berasal dari lingkungan misalnya adanya peraturan baru, perubahan kebijakan dari organisasi tingkat yang lebih tinggi serta perubahan gaya hidup masyarakat.
Setiap organisasi pastilah membutuhkan pemimpin, sedangkan kepemimpinan pada dasarnya tidak selamanya harus dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Dengan demikian berarti bahwa organisasi hanya akan mampu mewujudkankan tujuannya, jika setiap orang menduduki jabatan pimpinan dalam organisasi tersebut berusaha melaksanakan tugas dan menjalankankan kepemimpinannya secara efektif sesuai dengan posisinya masing-masing. Tugas seorang pemimpin bukan hanya bekerja sesuai dengan aturan dan ketentuan yang dijadwalkan, lebih dari itu, ia mempunyai kewajiban untuk mempertahankan organisasi agar tetap eksis serta berjalan dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan/jaman

Sumber :